PERKEMBANGAN PENCAK SILAT DI LUAR NEGERI

Diposting oleh Putera Pesilat Sejati Sabtu, 03 Juli 2010 0 komentar

Ajang Kejuaraan
Dunia Pencak Silat ini dapat dijadikan sebagai alat pantau perkembangan
pencak silat di luar negeri. Hal ini bisa dilihat dari jumlah peserta yang
datang dan prestasi yang diperoleh. Jumlah peserta yang banyak mempunyai
indikasi bahwa pencak silat secara kuantitas telah menyebar ke berbagai
negara, sedangkan masih minimnya prestasi yang dicapai menunjukkan bahwa
pembinaan pencak silat di negara tersebut belum maksimal.

Selain perkembangan pencak silat di luar negeri melalui pengiriman
pelatih dari Indonesia, para mahasiswa Indonesia yang kebetulan sedang
belajar di berbagai negara seperti Eropa dan Amerika ikut menambah
percepatan perkembangan pencak silat dengan cara membuka perguruan dari
mana pelatih itu berasal. Ketertarikan orang asing dalam mempelajari
pencak silat umumnya karena selain pencak silat dapat dipergunakan sebagai
alat untuk membela diri, juga mereka tertarik dengan nilai estetika dalam
aspek seni serta terkandungnya pendidikan budi pekerti dalam aspek mental
spiritual. Saat ini kepelatihan di luar negeri ada yang masih dipegang
oleh pelatih dari Indonesia, ada pula yang sudah mandiri dengan
menggunakan pelatih dari negaranya sendiri. Berikut ini beberapa profil
pelatih yang berperan dalam perkembangan pencak silat di luar negeri:


Inggris: Aidinal Alrashid (PS. Gerak Ilham, Bugis
-Makassar), M. Otto S. Soeharjono (Perisai Diri, Jawa Timur). Belanda:
FransVeetman (HPS Panglipur), Asisten: Ruben Wieringa (PPS Padjadjaran
Nasional), Leo Lindeman (PS Bongkot Harimau). Spanyol: Juan Ignacio
Barrenechea (Harimau Minangkabau), Gorka Atoiza Oruetxebarria. Belgia:
Pieters Ludo, Pierers Jean, Pieters Patrick (PS Pukulan Bongkot). Austria:
Eduard Linhart (Bongkot Harimau, PERPI Harimurti, Silat Gayong Fathani
Malaysia). Perancis: Eric Chatelier (Setia Hati, Bongkot Harimau,
Merpati Putih). Jerman: Joko Suseno (Tapak Suci). Swiss:
Pascal Stiefenhoffer & Chantal Mattes (Perisai Diri). Itali:
Emiliano Ruggeri (PGB Bangau Putih).

Pada Kejuaraan Dunia Pencak Silat ini, peserta yang datang hanya dari
20 negara saja, namun anggota Persilat yang ada lebih dari itu. Barangkali
banyak yang belum siap
untuk mengikuti event
kejuaraan. Berikut ini adalah daftar anggota PERSILAT sejak tahun 1980 –
2000:


Asia: Indonesia (IPSI), Singapura (PERSISI),
Malaysia (PESAKA), Brunei Darussalam (PERSIB), Thailand (PSAT), Philipina
(PHILSILAT), Vietnam (ISAVIE), Myanmar (MPSA), Laos (PSL), dan Jepang
(JAPSA). Eropa: Belanda (NPSB), Belgia (BPSB), Spanyol
(ESPS), Jerman (PSUD), Austria (PSVO), Swiss (PSHT), Perancis (FPSF),
Inggris (PSFUK), Norwegia (PSN), Italia (PISI), Denmark (PSD), dan Yunani
(PSG). Australia dan Oceania: Australia (WAPSA), New
Caledonia (MPNC), Selandia Baru (PSNZ). Middle East dan Afrika:
Palestina (PSP), Turkey (PST), Marocco (PSM) dan Arab Saudi (PSAS).

VISI DAN MISI DINAS KEPEMUDAAN DAN KEOLAHRAGAAN PROVINSI JAWA TIMUR

Diposting oleh Putera Pesilat Sejati Jumat, 28 Mei 2010 0 komentar

" PEMUDA DAN OLAHRAGA YANG PRODUKTIF, PRESTATIF DAN INOVATIF (POPPI) "

Visi :

  1. Produktif :
    Pemuda yang memiliki kemampuan menghasilkan karya yang optimal dan olahraga yang menghasilkan bibit yang berkualitas
  2. Prestatif :
    Pemuda yang mampu meningkatkan kualitas diri secara maksimal dan olahraga yang mampu mendorong atlitnya mengukir prestasi terbaiknya
  3. Inovatif :
    Pemuda yang mau dan mampu berkarya, berkarsa dan berdedikasi serta olahraga yang searah dengan pertumbuhan ilmu pengetahuan, teknologi dan lingkungan

Misi :

  1. Mewujudkan pemuda yang produktif, prestatif, inovatif dan mandiri
  2. Mewujudkan olahraga yang berkualitas, berprestasi dan memasyarakat
  3. Mewujudkan pemuda dan insan olahraga yang sejahtera

Di dalam mewujudkan visi dan menjalankan misi Pembangunan Kepemudaan dan Keolahrgaan di Jawa Timur ditempuh 2 (dua) Strategi Pokok Pembangunan, Yaitu :

  1. Strategi Pemberdayaan Generasi Muda yang diarahkan pada pengelolaan pembangunan SDM yang berkualitas, berkompeten dan profesional, peduli dan tanggap terhadap tuntutan ispirasi, partisipasi dan kepentingan generasi muda serta dilakukan secara bersama-sama dalam sinergi yang kompak dan harmonis oleh seluruh unsur atau pihak terkait.
  2. Strategi Pemberdayaan Olahraga yang diarahkan untuk membangun masyarakat yang memiliki ketahanan fisik dan mental yang sehat dan bugar, serta berbagai perilaku yang positif. Hal-hal positif tersebut pada saatnya dapat menjadi penangkal internal (yang tumbuh dari dalam generasi muda dan kelompok masyarakat itu sendiri) terhadap berbagai jenis perilaku buruk yang akan mempengaruhinya, baik itu penyalahgunaan narkoba, minuman keras, rokok, tawuran, maupun tindakan negatif dan kontra produktif lainnya.
    Kebiasaan dan perilaku hidup yang positif tersebut bila dipadukan dengan pembinaan moral, agama, budi pekerti, pendidikan, kesehatan dan kehidupan keluarga yang harmonis, akan membentuk ketahanan diri generasi muda seutuhnya.
    Strategi Pemberdayaan Olahraga dimaksudkan sebagai upaya terciptanya budaya berolahraga yang harus juga diiringi dengan pengelolaan dan penataan semua aspek yang terlibat di dalam tiga kelompok jalur pembinaan olahraga, yaitu olahraga prestasi, olahraga pendidikan (pelajar dan mahasiswa) dan olahraga masyarakat.
    Masyarakat sehat, yang dicapai melalui kegiatan olahraga diharapkan mampu meningkatkan produktivitas kerja dan daya saing yang tinggi dengan Negara lain, yang pada akhirnya dapat menciptakan prestasi dan citra bangsa di tingkat dunia Internasional. Dengan demikian, untuk dapat menjadi masyarakat yang kokoh, aktif, produktif, unggul dan jaya akan mewujudkan bilamana terdapat singkronisasi dari ketiga jalur pembinaan tersebut. Kendati dari ketiga jalur tersebut memiliki sasaran dan wadah yang berbeda, namun memiliki keterkaitan yang erat.


Struktur Organisasi IPSI Jatim

Diposting oleh Putera Pesilat Sejati 0 komentar

IPSI Jawa Timur Gundah

Diposting oleh Putera Pesilat Sejati 0 komentar


SURABAYA - Pengprov Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) Jatim gundah. Pasalnya, mereka harus mencari pengganti lima pesilat terbaik mereka yang saat ini masuk Program Indonesia Emas (PIE) untuk menghadapi kejuaraan nasional IPSI di Surabaya pada 12-19 Mei mendatang. Lima pesilat itu adalah Mulyono (kelas F pria), Pranoto (H pria), dan Herihono (I pria) serta Hamdani dan Yusuf (pasangan ganda pria).

\"Karena mereka ikut program PIE, otomatis mereka tidak bisa membela Jatim dalam kejurnas. Padahal, mereka adalah lumbung emas bagi Jatim,\" ujar Sekretaris Umum IPSI Jatim Fanan Hasanudin.

Tanpa lima penyumbang emas bagi Jatim saat PON 2008 itu, pengurus IPSI Jatim pusing. Apalagi, KONI Jatim telah memasang target empat emas bagi Pengprov IPSI Jatim dalam kejurnas tersebut.

\"Kami harus berjuang memaksimalkan atlet yang ada. Sebab, kalau gagal meraih emas dalam kejurnas nanti, kami akan didegradasi dari program puslatda Jatim,\" ujar Fanan.

Menurut dia, pesilat pelapis yang digadang-gadang menggantikan posisi Mulyono dkk itu diambil dari hasil Porprov II/2009 dan kejurda. \"Itulah yang bisa kami harapkan untuk menyelamatkan wajah Jatim di kejurnas nanti,\" urai dia.

Pelatih puslatda Jatim Karyono mengatakan, tugas mereka saat ini adalah menyiapkan pesilat pelapis yang memiliki kualitas hampir sama dengan Mulyono dkk. \"Semoga anak-anak bisa mencapai target. Toh, saat kejurnas silat pantai di Jateng awal Maret lalu, kami bisa meraih hasil maksimal,\" tutur dia.

Mulyono, salah seorang pesilat yang dipanggil ke PIE, siap melakukan yang terbaik bagi Indonesia. \"Ini adalah kesempatan untuk menciptakan prestasi tingkat dunia,\" ujarnya. (dik/c8/ko)(Sumber : www.jawapos.co.id)

Pencak Silat Sebagai Olah Raga

Diposting oleh Putera Pesilat Sejati Jumat, 07 Mei 2010 0 komentar


Walaupun unsur-unsur serta aspek-aspeknya yang terdapat dalam Pencak Silat tidak dapat dipisah-pisahkan, tetapi pembinaan pada jalur-jalur masing-masing dapat dilakukan. Di tinjau dari segi olahraga kiranya Pencak Silat mempunyai unsur yang dalam batasan tertentu sesuai dengan tujuan gerak dan usaha dapat memenuhi fungsi jasmani dan rohani. Gerakan Pencak Silat dapat dilakukan oleh laki-laki atau wanita, anak-anak maupun orang tua/dewasa, secara perorangan/kelompok.

Usaha-usaha untuk mengembangkan unsur-unsur olahraga yang terdapat pada Pencak Silat sebagai olahraga umum dibagi dalam intensitasnya menjadi :

  • Olahraga rekreasi
  • Olahraga prestasi
  • Olahraga massal


Pada seminar Pencak Silat di Tugu, Bogor tahun 1973, Pemerintah bersama para pembina olahraga dan Pencak Silat telah membahas dan menyimpulkan makalah-makalah :

  • 1. Penetapan istilah yang dipergunakan untuk Pencak Silat
  • 2. Pemasukan Pencak Silat sebagai kurikulum pada lembaga-lembaga pendidikan
  • 3. Metode mengajar Pencak Silat di sekolah
  • 4. Pengadaan tenaga pembina/guru Pencak Silat untuk sekolah-sekolah
  • 5. Pembinaan organisasi guru-guru Pencak Silat dan kegiatan Pencak Silat di lingkungan sekolah
  • 6. Menanamkan dan menggalang kegemaran serta memassalkan Pencak Silat di kalangan pelajar/mahasiswa.

Sebagai tindak lanjut dari pemikiran-pemikiran tersebut dan atas anjuran Presiden Soeharto, program olahraga massal yang bersifat penyegaran jasmani digarap terlebih dahulu, yang telah menghasilkan program Senam Pagi Indonesia (SPI).

Dwi Fungsi TAPAK SUCI

Diposting oleh Putera Pesilat Sejati Rabu, 07 April 2010 1 komentar


Ditulis oleh Ki Rebo

Dalam kiprahnya, Tapak Suci memainkan peran sebagai ulama & pendekar. Di satu sisi, Tapak Suci adalah sebuah gerakan Islam yang gaungnya berpusat (berinduk) kepada sebuah gerakan tajdid Islam, yaitu Muhammadiyah. Di sisi lain,Tapak Suci adalah sebuah perguruan pencak silat yang mengakar kuat dengan budaya dan kebudayaan Indonesia.

Setiap insan Tapak Suci hendaknya tidak boleh puas dengan keilmuan pencaknya semata. Keilmuan yang dalam dan tinggi itu hendaknya dimanifestasikan dalam bentuk pengabdian tiada henti kepada pusat ilmu, pusat segala titik berat, pusat segala energi, yaitu Allah SWT. "Manifestasi" tersebut menjelma dalam bentuk "amar makruf nahi mungkar". Amar makruf nahi mungkar, adalah perwujudan dari Iman dan Amal Saleh.

Ulama Pendekar, atau Pendekar (yang) Ulama, adalah sebuah "realitas" di masa yang akan datang. Ia bukan imajinasi dari seorang pengarang yang sarat dengan "impian-impiannya yang idealis". Biarkan saja orang tertawa dan memperolok "realitas" tersebut, sebab yang terjadi adalah karena sesungguhnya ia tidak berdaya menggapai realitas bahwa sebuah "idealisme" adalah sesuatu yang real (nyata). Allahu Akbar.

Jika saja insan Tapak Suci tidak mengejar sabuk yang secara fisik hanya terbuat dari kain, tentu ia akan memperhatikan langkah-langkahnya. Kehormatan seseorang tidak terletak dari penyembahan berhala berbentuk sabuk yang berwarna kuning, biru apalagi hitam. Lalu hanya Iman dan Amal saleh-lah perwujudan yang paripurna dari semua itu.

Kata amal saleh, merujuk kepada sebuah bentuk kerja, sekalipun mungkin amal saleh itu berupa benda. Kerja, berkaitan erat dengan perilaku, atau tindak tanduk. Maka pemilihan kata akhlaq dipandang tepat untuk menggambarkan bagaimana amal saleh itu. Maka lahir motto: "Dengan Iman dan Akhlaq ... "

Dwi fungsi Tapak Suci mensyaratkan insan Tapak Suci untuk mengabdi sama total antara gerakan dan perguruan. Sebab jika kita tidak berhati-hati, itu akan membawa kita masuk dalam labirin yang berliku-liku, menghantarkan kita kepada kejayaan semu dan kehinaan abadi.

Lalu saya tertegun memperhatikan kedua ujung sabuk yang terurai di pinggang yang dikenakan orang itu. Keduanya harus sama panjang, tepat jatuh di tengah. Ingin sekali saya rapikan kedua ujung sabuk ini agar menjadi sama panjang dan jatuh di tengah. Ya. Marilah kita rapikan "sabuk" kita.


Bentuk bulat : Bertekad Bulat
Berdasar biru : Keagungan
Bertepi hitam : Kekal dan abadi melambangkan sifat ALLAH SWT
Bungan Mawar : Keharuman
Warna Merah : Keberanian
Daun Kelopak hijau : Kesempurnaan
Bunga Melati Putih : Kesucian
Jumlah Sebelas : Rukun Islam dan rukun Iman
Tangan Kanan Putih : Keutamaan
Terbuka : Kejujuran
Berjari Rapat : Keeratan
Ibu jari tertekuk : Kerendahan Hati
Sinar Matahari Kuning : Putera Muhammadiyah

Keseluruhan lambang tersimpul dengan nama "TAPAK SUCI", yang mengandung arti:

Bertekad bulat mengagungkan asma ALLAH Subhanahuwata’ala, kekal dan abadi. Dengan keberanian menyerbakkan keharuman dengan sempurna. Dengan Kesucian menunaikan Rukun Islam dan Rukun Iman. Mengutamakan keeratan dan kejujuran dengan rendah hati.

IKRAR ANGGOTA TAPAK SUCI PUTERA MUHAMMADIYAH

Diposting oleh Putera Pesilat Sejati 0 komentar

  1. Setia menjalankan ibadah dengan ikhlas karena Allah semata
  2. Mengabdi kepada Allah, berbakti kepada bangsa dan negara, serta membela keadilan dan kebenaran.
  3. Menjauhkan diri dari segala perangai dan tingkah laku yang tercela.
  4. Mencari perdamaian dan kasih sayang serta menjauhi perselisihan dan permusuhan.
  5. Patuh dan taat kepada peraturan-peraturan serta percaya kepada kebijaksanaan pimpinan.
  6. Dengan IMAN dan AKHLAQ saya menjadi kuat, tanpa IMAN dan AKHLAQ saya menjadi lemah.

Laa hawla wa laa kuwwata illaa billaahil 'aliyyil 'adzhiim

Sejarah Singkat Tapak Suci

Diposting oleh Putera Pesilat Sejati Sabtu, 03 April 2010 0 komentar

Pra Sejarah
Pra-sejarah Tapak Suci telah dimulai sejak lahirnya seorang putera dari KH. Syuhada, yang bernama Ibrahim, pada tahun 1872 di Banjarnegara (Jawa Tengah). Di usia remaja Ibrahim telah belajar pencak, dan kelak pemuda Ibrahim dikenal sebagai pemuda yang aktif menggunakan ilmu pencaknya itu untuk menentang penjajahan Belanda, kerap mengganggu dan melakukan perlawanan terhadap tentara Belanda. Hal ini membuatnya kerap menjadi buronan Belanda.



Dalam statusnya yang sering menjadi buronan Belanda, Ibrahim kerap berkelana dari satu tempat ke tempat lainnya. Selain bersembunyi dari kejaran pihak Belanda, Ibrahim juga mendalami dan mengasah ilmu pencaknya.Tersebutlah dalam riwayat beliau sempat singgah ke Batavia, dititip pada seorang kerabatnya disana. Namun di Batavia Ibrahim juga sering membuat onar terhadap Belanda, hingga akhirnya beliau berangkat ke Tanah Suci.



Setelah menikah dengan puteri KH. Ali, Ibrahim kemudian mendirikan Pondok Pesantren Binorong di Banjarnegara. Sepulang dari ibadah haji, Ibrahim berganti nama menjadi KH. Busyro Syuhada. Adapun kelak kemudian Pondok Pesantren Binorong semakin berkembang pesat,. Diantara santri-santrinya antara lain : Achyat (H. Burhan) adik misan Ibrahim, M. Yasin (Abu Amar Syuhada) adik kandung, dan Sudirman. Sudirman kelak berkarir dalam dunia milter, dikenal sebagai Panglima Besar Jenderal Sudirman.



Sekitar tahun 1921 dalam konferensi Pemuda Muhammadiyah di Yogyakarta, KH. Busyro bertemu pertama kali dengan dua kakak beradik; A. Dimyati dan M. Wahib. Diawali dengan adu kaweruh antara M. Wahib dengan H. Burhan, selanjutnya A. Dimyati dan M. Wahib mengangkat KH. Busyro sebagai guru.



A. Dimyati dan M.Wahib berguru pencak kepada KH.Busyro di Binorong, Banjarnegara. KH. Busyro lebih terkenal menguasai ilmu pencak inti, sedangkan H. Burhan lebih terkenal menguasai ilmu pencak ragawi. Menurut riwayat, kedua kakak beradik A.Dimyati dan M.Wahib belajar selama lima hari untuk menguasai 15 Jurus, dan 5 Kembangan. Selanjutnya A.Dimyati dan M.Wahib kembali ke Yogyakarta, diikuti oleh KH.Busyro dan H.Burhan yang pindah ke Yogyakarta. Dalam kondisi demikian, masyarakat lingkungannya menyebut mereka sebagai Pendekar Pencak. Seiring dengan berpindahnya KH. Busyro ke Kauman, Yogyakarta, aliran Banjaran--yang pada awalnya dikembangkan melalui Pondok Pesantren Binorong--akhirnya untuk sementara waktu berpusat ke Kauman.



Pendekar A.Dimyati sifatnya pendiam dan cenderung tertutup, sedangkan M.Wahib sifatnya cenderung agresif dan terbuka. Pembawaan A.Dimyati lebih mirip dengan pembawaan H.Burhan. Sedangkan pembawaan M.Wahib dikatakan lebih mirip pembawaan gurunya, KH.Busyro. Untuk itu lebih menonjol nama M.Wahib daripada A.Dimyati. Sedangkan A.Dimyati yang banyak dikatakan ilmunya lebih tangguh dari adiknya, namun karena pendiam dan tertutup maka tidak kejadian yang dicatat.



Karena sifat kedua kakak beradik yang berbeda ini, sering mengakibatkan keduanya terlibat bentrok, termasuk dalam hal adu kaweruh. KH.Busyro memahami karakter kedua kakak beradik ini. Sekalipun berbeda, menurut beliau keduanya sama-sama memiliki bakat pencak yang tinggi.



Melihat hal demikian KH.Busyro Syuhada menunjuk Pendekar A.Dimyati untuk berkelana ke arah barat, sebagaimana yang pernah dijalani oleh Pendekar KH.Busyro. Sesuai dengan tradisi yang berlaku bahwa Pendekar A.Dimyati yang sudah mengangkat guru kepada KH.Busyro tidak boleh berguru kepada guru pencak lainnya.Untuk itu dalam berkelana ini yang dilakukan adalah "adu kaweruh". Diriwayatkan bahwa Pendekar A.Dimyati berhasil menguasai ilmu Cikalong-Cimande, dan Cibarosa.



Adapun KH.Busyro menunjuk M.Wahib untuk berkelana ke arah timur, hingga beberapa tempat sempat disinggahi oleh Pendekar M.Wahib, antara lain Bawean dan Madura. Karena sifatnya yang agresif dan terbuka dari Pendekar M.Wahib, maka "adu kaweruh" diartikan dengan berkelahi, menguji ilmu dengan pendekar-pendekar yang mengklaim dirinya sebagai pendekar sakti. Menurut kisah yang diceritakan oleh M.Wahib: "Kemana-mana saya naik turun panggung (gelanggang) untuk tarung pencak untuk mendapatkan uang (menang), kalau diperlukan saya memakai senjata handuk dan sepotong besi sejengkal berlafal Alif".



Setelah pengembaraan Pendekar A.Dimyati ke barat, dan pengembaraan Pendekar M.Wahib ke timur, keduanya kembali ke Yogyakarta. Kebiasaan mencari lawan tanding Pendekar M.Wahib diarahkan kepada anak-anak Belanda ataupun tentara Belanda.



Cikauman
Pada tahun 1925, bertempat di lingkungan Kauman Tengah, atas restu Pendekar Besar KH. Busyro, A.Dimyati dan M.Wahib membuka latihan pencak. Diriwayatkan puluhan murid ikut berlatih. Pada saat inilah Pendekar M.Wahib menyatakan CIKAUMAN adalah satu-satunya pencak yang ada di KAUMAN. Penamaan aliran ini sebagaimana menunjuk nama satu tempat sebagai nama aliran. Adapun penyebutan aliran Cikauman ini mengandung pengertian sebagai aliran Banjaran-Kauman, dengan makna bahwa aliran ini merupakan kelanjutan dari aliran Banjaran.



Pada waktu itu digariskan dengan tegas dasar yang harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh semua murid-muridnya, yaitu:

1. Cikauman/Pencak Kauman, berlandaskan Al Islam dan berjiwa ajaran KH.Ahmad Dahlan, membina pencak silat yang berwatak serta berkripadian Indonesia, bersih dari sesat dan sirik.
2. Mengabdikan perguruan untuk perjuangan agama serta bangsa dan negara.
3. Sikap mental dan gerak langkah anak murid harus merupakan tindak-tanduk Kesucian.



Dalam literatur Pencak Silat, perkembangan pencak silat di Indonesia sangat dipengaruhi dua hal:

1. Geografis: berupa dataran tinggi, dataran rendah, dan pantai.
Masing-masing memiliki karakter yang khas, salah satunya dalam hal kuda-kuda.
2. Kultural: berupa budaya dan adat istiadat yang mempengaruhi sebuah aliran pencak silat. Dua jalur besar dalam hal ini yaitu aliran Bangsawan dan aliran Rakyat.

Aliran Bangsawan:

* Tertutup, tidak mudah berasimilasi, bertahan kepada kemurniannya.
* Daya gunanya pada seni pencak silat
* Disiplin.

Aliran Rakyat:

* Terbuka, mudah berasimilasi, cenderung berbaur dan tidak murni.
* Daya guna pada bela diri.
* Tidak disiplin.


Kalau dilihat pada aliran Cikauman, dua definisi tersebut kurang cocok sepenuhnya, karena sifat Cikauman adalah:

* Tertutup, akan tetapi mudah berasimilasi.
* Tidak disiplin, tetapi patriotik.
* Daya guna sama kuat antara seni dan bela diri.


Hal ini dapat dimaklumi karena dalam masa perkembangan aliran Banjaran-Kauman sejak awal hingga seterusnya, aliran ini senantiasa berinteraksi dan berdampingan dengan aliran-aliran pencak lainnya yang ada, baik aliran rakyat maupun aliran bangsawan.

Perguruan Cikauman (Kauman-Banjaran), dipimpin langsung oleh Pendekar Besar M. Wahib dan Pendekar Besar A. Dimyati. Murid angkatan pertama adalah M. Djuraimi (Mbah Djur) dan M. Syamsuddin. Kehandalan M. Syamsuddin terletak pada permainan sabetan kaki dan tangan. Hal ini ditunjang oleh postur tubuh M. Syamsuddin yang kekar, karena selain gemar pencak M. Syamsuddin juga seorang pemain sepak bola yang handal.



Setelah dinyatakan lulus dari Perguruan Cikauman, M. Syamsuddin diizinkan untuk menerima murid dan selanjutnya mendirikan Perguruan SERANOMAN.



Seranoman
Perguruan Seranoman melahirkan seorang Pendekar bernama M. Zahid, anak murid Seranoman yang berotak cemerlang dan berkemampuan tinggi, serta pergaulannya luas. Kehandalan M. Zahid bertumpu pada ketajaman gerak. Selain itu beliau berhasil mengembangkan dari 5 menjadi 8 Kembangan, dan berhasil merancang pengajaran keilmuan sehingga keilmuan pencak mudah untuk dimassalkan. Namun sayangnya beliau berpulang ke Rahmatullah sehingga belum sempat mendirikan perguruan baru. Sekalipun begitu M. Zahid sempat melahirkan seorang murid berbakat, yaitu Moh. Barie Irsyad. Selanjutnya Moh. Barie Irsjad dibina langsung oleh A. Dimyati dan M. Wahib.



Pada perkembangan selanjutnya Moh. Barie Irsyad diarahkan untuk menghadapi aliran-aliran hitam. Puncaknya adalah tantangan adu kaweruh melawan aliran hitam dengan taruhan siapa yang kalah harus pergi (terusir) dari Kauman. Di bawah kesaksian Pemuda Muhammadiyah ranting Kauman, pada suatu malam -- tepatnya tengah malam, bertempat di pelataran Mesjid Gede Kauman, Yogyakarta, berlangsunglah pertarungan tersebut. Atas izin Allah SWT, seluruh murid menyaksikan bahwa yang bathil tidak akan dapat mengalahkan yang haq. Moh. Barie Irsyad berhasil melumpuhkan ilmu sihir dari aliran hitam.



Pada waktu di bai'at Pendekar Moh. Barie Irsyad berhasil mempertanggung jawabkan 11 Kembangan. Lalu Pendekar Moh. Barrie Irsyad, sebagai murid angkatan ke-6 yang telah dinyatakan lulus dalam menjalani penggemblengan oleh Pendekar M. Zahid, M. Syamsuddin, M. Wahib dan A. Dimyati, kemudian diberi restu untuk menerima murid. Moh. Barie Irsyad kemudian mendirikan Perguruan KASEGU.



Kasegu

Nama Kasegu diambil dari Segu atau Kasegu, yaitu senjata khas yang berlafadz

"MUHAMMAD", diciptakan oleh Pendekar Moh. Barrie Irsyad. Selanjutnya Segu menjadi senjata khas Perguruan TAPAK SUCI. Kasegu juga bermakna "KAuman SErba GUna". Pada selanjutnya ada orang yang menyebutnya sebagai Kasegu Badai Selatan (mengingat operasionalnya berpusat di bagian selatan Kauman).



Selanjutnya, dalam angkatan ketujuh ini tercatat antara lain:

1. Murid Cikauman (murid langsung Pendekar M. Wahib): Achmad Djakfar, Moh. Dalhar Suwardi, M. Slamet.
2. Murid Seranoman (murid langsung Pendekar M. Syamsuddin):M. Zundar Wiesman dan Anis Susanto.
3. Murid Kasegu (murid langsung Pendekar Moh.Barie Irsyad): Irfan Hadjam, M. Djakfal Kusuma, M. Sobri Ahmad, dan M. Rustam Djundab.



Murid angkatan ketujuh ini mulai berlatih di tahun 1957, biasanya empat kali seminggu mulai pukul delapan (ba'da Isya) sampai mendekati Shubuh. Lahirnya TAPAK SUCI
Atas desakan murid-murid kepada Pendekar Moh. Barie Irsyad, muncullah gagasan untuk mendirikan satu perguruan yang mengabungkan perguruan yang sejalur (Cikauman, Seranoman dan Kasegu). Namun untuk mencapai itu mestilah melalui jalan yang tidak mudah. Karena pengertian kelahiran perguruan yang baru kelak bukanlah merupakan suatu aliran yang baru melainkan tetap berakar dari aliran Cikauman (Banjaran-Kauman), apalagi mengingat Pendekar Moh.Barie Irsjad berada pada generasi ke-6 dalam silsilah, maka perlu dilakukan silaturahim dengan para sesepuh. Maka pembuktian demi pembuktian senantiasa dilakukan dalam berbagai pertemuan keilmuan, sekaligus untuk memantapkan perumusan keilmuan yang akan diturunkan. Dalam setiap pertemuan keilmuan senantiasa dilakukan pembuktian demi pembuktian, yang melibatkan para sesepuh aliran.



Sudah takdir Ilahi ketika Pendekar Moh.Barie Irsyad selesai menampilkan JURUS HARIMAU, Pendekar M.Wahib menyatakan puas dan pembuktian dinilai telah cukup. Selanjutnya Pendekar A.Dimyati memberikan pesan dan petunjuk: "Kalau ketemu aliran pencak silat apapun, nilailah kekuatannya." Kelihatannya sangat sederhana, akan tetapi sikap ini adalah sangat kontradiktif dengan sifat jago pencak pada umumnya yang tidak mau melihat kelebihan orang lain dan selalu merasa dirinya yang terbaik dan terkuat. Sikap mental Pendekar A.Dimyati ini selanjutnya menjadi dasar sikap mental Pendekar-pendekar TAPAK SUCI.



Ujian lainnya yang harus dihadapi memang cukup beragam. Salah satunya adalah penilaian bahwa pengembang atau pun pendiri dalam silsilah aliran ini tidak berasal dari darah biru (ningrat), apalagi para penggagas TAPAK SUCI hanya kalangan rakyat biasa. Akan tetapi dalam hal ini kemudian dinyatakan bahwa TAPAK SUCI bukan milik dan gerakan Kampung Kauman, bahkan ketika itu dinyatakan bahwa TAPAK SUCI adalah gerakan dunia.



Dalam proses pendirian TAPAK SUCI ini juga tidak lepas dari dukungan dan restu yang datang dari para pendekar, ulama dan aktifis Muhammadiyah, dengan harapan kelak perguruan pencak yang terorganisir ini dapat menjadi wadah pengkaderan dan wadah silaturahim para ahli pencak di lingkungan Muhammadiyah. Sekalipun ujan demi ujian harus dilalui



Maka berbagai perangkat organisasi pun disiapkan sedemikian rupa, antara lain:

* Nama Perguruan dirumuskan dengan mengambil dasar dari ajaran Perguruan Kauman, maka ditetapkan nama TAPAK SUCI.

* Tata tertib upacara disusun oleh Moh. Barie Irsyad.

* Doa dan Ikrar disusun oleh H. Djarnawi Hadikusuma.

* Lambang Perguruan diciptakan oleh M. Fahmie Ishom.

* Lambang Anggota diciptakan oleh Suharto Sujak.

* Lambang Tim Inti Kosegu dibuat oleh Ajib Hamzah.

* Bentuk dan warna pakaian ditentukan oleh M. Zundar Wiesman dan Anis Susanto.



Kemudian, atas izin dan restu Allah SWT telah menjadi suatu kenyataan sejarah bahwa pada tanggal 31 Juli 1963 di Kauman, Yogyakarta, TAPAK SUCI telah ditakdirkan untuk lahir dan berkembang di seluruh Nusantara dan kelak meluas ke mancanegara, untuk menjadi pelopor pengembangan pencak silat yang methodis dan dinamis.



Semuanya ini berkat kebesaran jiwa para Pendekar pendahulu (sesepuh) yang mampu memandang jauh ke depan. Tapak Suci adalah amanat dari Pendekar-pendekar Cikauman (Kauman-Banjaran) kepada generasi penerus bangsa untuk dipelihara, dibina, dan dikembangkan dengan sebaik-baiknya.



Pada waktu lahirnya Tapak Suci, telah digariskan bahwa:

1. Tapak Suci berjiwa ajaran KH. Ahmad Dahlan
2. Keilmuan Tapak Suci bersifat Methodis dan Dinamis
3. Keilmuan Tapak Suci bersih dari syirik dan menyesatkan



Pasca Kelahiran
Tahun-tahun 1960-an kita ketahui bahwa gerakan komunis di Indonesia telah semakin menjadi-jadi di seluruh pelosok negeri. Mereka mengintimidasi kaum Muslim dan menggerogoti kesatuan Bangsa. Hal ini terjadi juga di Kauman. Tak sedikit anak-anak Kauman yang diganggu, sekalipun Kauman sudah menjadi perkampungan Muslim. Maka kehadiran Tapak Suci memberi rasa aman bagi kaum Muslim di situ. Masa-masa awal ini adalah masa-masa perlawanan terhadap gerakan Komunis yang terampil dalam mengintimidasi, menfitnah, dan merusak.



Saat itu konsentrasi beladiri Tapak Suci di arahkan untuk menghadapi gerakan komunis. Gerakan anti komunis inipun akhirnya diikuti oleh kelompok-kelompok pemuda yang membentuk sel-sel (kelompok) tersendiri di kampung-kampung lain dalam rangka menggerogoti kekuatan komunis, seperti Benteng Melati di Kampung Kadipaten, Perkasa di Kampung Suronatan, termasuk M. Djuraimi kelak membentuk perguruan Eka Sejati di Kampung Karangkajen, yang seolah sebagai sel dari gerakan di Kauman.



Namun kiranya sepak terjang pemuda-pemuda Tapak Suci kelak ternyata diharapkan di daerah-daerah lainnya, apalagi jika daerah itu merupakan kampung umat Muhammadiyah. Beberapa wilayah mengajukan permintaan untuk dibuka latihan Tapak Suci. Selain itu Tapak Suci juga tersebar karena dibawa oleh aktifis perguruan yang berkelana atau merantau keluar daerah. Maka hal inilah yang kelak mendorong lahirnya Tapak Suci di daerah-daerah.



Seiring dengan tersebarnya Tapak Suci ke daerah, maka masuklah beberapa ahli pencak yang berada di lingkungan Muhammadiyah ke dalam Tapak Suci. Hal ini tentu semakin menyemarakkan gegap gempita Tapak Suci dari sisi organisasi dan keilmuan. Perguruan Tapak Suci yang awalnya hanya di Yogyakarta akhirnya berkembang keluar Yogyakarta dan masuk ke daerah-daerah lainnya.



Setelah meletusnya pemberontakan G30 S/PKI, Tapak Suci kembali ke sarang dan berkonsetrasi kembali pada organisasi. Di tahun 1966 diselenggarakan Konferensi Nasional I Tapak Suci yang dihadiri oleh para utusan Perguruan Tapak Suci yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Pada saat itulah berhasil dirumuskan pemantapan organisasi secara nasional, dan Perguruan Tapak Suci dikembangkan lagi namanya menjadi Gerakan dan Lembaga Perguruan Seni Beladiri Indonesia Tapak Suci Putera Muhammadiyah. Kemudian pada Sidang Tanwir Muhammadiyah di tahun 1967, Tapak Suci Putera Muhammadiyah ditetapkan menjadi organisasi otonom ke-11 di lingkungan Muhammadiyah.



Prestasi olahraga dan seni
Dalam Kejuaraan Nasional I Tapak Suci tahun 1967 di Jember, pertandingan Pencak Silat Tapak Suci dilaksanakan dengan pertarungan bebas. Hal ini bercermin dari tradisi perguruan sejak dulu dalam melakukan sabung (pertarungan) yaitu dengan menggunakan full-body contact, yang mana setiap anggota tubuh adalah sasaran sah untuk diserang, kecuali mata dan kemaluan. Namun ternyata sistem pertarungan seperti itu tidak dapat diterapkan dalam pertandingan olahraga karena dapat mengakibatkan cidera, cacat permanen, bahkan kematian. Maka seiring dengan itu pula maka pasca Kejurnas I di Jember tahun 1967 itu sistem pertandingan olahraga Tapak Suci terus mengalami penyempurnaan demi penyempurnaan, sekalipun hingga beberapa dasawarsa ke depan kemudian, sistem pertandingan olahraga Tapak Suci tetap tidak menggunakan pelindung badan (body-protector), dengan pengertian bahwa "pelindung badan" pesilat Tapak Suci adalah keilmuan dan ketangkasan si pesilat. Pada Kejurnas I di Jember itu pun sudah diperlombakan pencak silat seni, yang mana yang dilombakan adalah Kerapihan Teknik Permainan.



Ketika Tapak Suci memantapkan diri dalam gerakan olahraga dan seni, keilmuan Tapak Suci ditampilkan melalui 4 aspek; mental-spiritual, olahraga, seni, dan beladiri. Adapun ilmu pengebalan tubuh ataupun anggota tubuh berupa alat penyasar, mulai ditinggalkan. Hal ini mengingat adanya anjuran dari Majelis Tarjih Pimpinan Pusat Muhammadiyah agar ilmu tersebut disimpan, kalau toh itu ilmu yan haq, akan tetapi dikhawatirkan dapat menjadi satu kesombongan.



Perguruan Historis IPSI
Pada masa-masa perkembangan Perguruan Tapak Suci yang telah merambah ke persada nusantara, maka dipandang perlu bagi Perguruan Tapak Suci untuk mencari induk organisasi pencak silat. Pada waktu itu sekurang-kurangnya ada tiga organisasi yang menamakan diri sebagai induk organisasi pencak silat Indonesia, yaitu: PPSI yang digerakkan dari Bandung, IPSI yang digerakkan dari Jakarta, dan BAPENSI yang digerakkan dari Yogyakarta, yang masing-masing mencari kekuatan pendukung.



Melalui Rapat Kerja Nasional yang dilaksanakan pada tanggal 19 s.d 20 April 1967 di Pekalongan, disamping memutuskan dan mengesahkan Anggaran Rumah Tangga, Tapak Suci berketetapan hati memilih Ikatan Pencak Silat Seluruh Indonesia (sekarang Ikatan Pencak Silat Indonesia) sebagai induk organisasi pencak silat. Untuk itu Tapak Suci didaftarkan kepada PB. IPSI dan langsung diterima menjadi anggota nasional. Kelak kemudian Tapak Suci didudukkan sebagai salah satu dari 10 Perguruan Historis IPSI, mengingat peran Tapak Suci yang menunjang tegak berdirinya PB. IPSI yang kala itu kondisinya sedang kritis.



Kiprah Tapak Suci
Maka kelak kiranya Tapak Suci menjalankan tugas dan peran yang tidak mudah. Di satu sisi Tapak Suci adalah organisasi dakwah yang berinduk ke Muhammadiyah. Di sisi lain Tapak Suci adalah organisasi pencak silat dengan induknya IPSI. Pada dimensi lainnya, Tapak Suci adalah sebuah ilmu beladiri, namun juga merupakan gerakan olahraga dan seni. Hal ini menuntut organisasi dan keilmuan dapat seiring sejalan. Kelak itulah mengapa Sabuk yang terurai pada pesilat Tapak Suci, harus sama panjang di kedua sisi dan tepat jatuhnya di tengah, tidak lebih panjang di satu sisi saja.

Daftar Blog Saya

Pages

License

Diberdayakan oleh Blogger.

Mengenai Saya

Foto saya
Bojonegoro, Jawa Timur, Indonesia
Dengan iman dan akhlak saya menjadi kuat tanpa iman dan akhlak saya menjadi lemah

Cari Blog

image
image

Friends

Resources

Photo Gallery